Achmad Junaedi (29) atau yang akrab di panggil Bang Jun, boleh dibilang adalah penyandang difabel yang sangat ceria. Beberapa kali bertemu dengan penulis di Markaz Komendan Sugeng, Kelurahan Kauman, Mojosari, Mojokerto, ia banyak bergurau dan bercanda dengan siapa saja yang ditemui. Kekurangan fisiknya seolah tidak ada artinya bagi lelaki yang masih membujang ini.
Tampangnya boleh dibilang cukup lumayan. Jika kaki palsunya tersembunyi dalam celananya, ia seolah tidak mengalami kekurangan di sebelah kakinya. “Saya mengalami kecelakaan pada 2011, waktu masih bekerja di daerah Probolinggo,” kisahnya. Kecelakaan itu membuat Jun kehilangan sebelah kakinya. Setelah diamputasi, hampir 6 bulan lebih ia tidak keluar rumah.
Pertemuannya dengan provokator Sugeng Kaki Palsu, mulai membangkitkan semangatnya. Pertimbangan lain, ada adiknya yang membutuhkan perhatiannya. Sedikit demi sedikit, semangatnya untuk hidup mandiri dan tidak mau tergantung pada orang lain kian membuncah.
Ia kembali diterima bekerja di sebuah pabrik gitar. Kekurangan fisiknya seolah tidak menjadi halangan untuk bekerja dan bergaul dengan siapa saja. Jerih payah dari bekerja itu pun tidak dinikmati Jun seorang diri, tapi untuk adiknya yang masih sekolah. Setelah selama 3,5 tahun bekerja di pabrik gitar itu, ia kemudian terkena PHK. Saat terkena PHK, adiknya masih sekolah dan sedang membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Setelah terkena PHK, Jun kembali diterima bekerja pada seorang kawannya di bidang pengiriman ikan hasil tambak. Di tempat kerjanya yang baru itu, boleh dibilang cukup berat, sebab ia tidak kenal waktu. Malam-malam ia bisa kirim ikan ke daerah Malang dan daerah lain. Selama hampir 2 tahun, Jun menjalani pekerjaan itu tak kenal lelah.
Oleh ibunya, ia kemudian diminta berhenti dan melakukan usaha jual-beli ikan di kampungnya. Saran ibunya pun dituruti, sampai akhirnya datang rejeki lain, yaitu ia dipasrahi oleh Bu Dhe-nya untuk menjalankan usaha mebelnya.
Dari sinilah usaha Jun makin maju dan berkembang sampai akhirnya segala kebutuhannya bisa terpenuhi. “Alhamdulillah, usaha yang dipasrahi Bu Dhe makin maju dan saya juga sedang merintis usaha mebel sendiri. Alhamdulillah pula, saya bisa menyekolahkan adik dari SMP, SMA, bahkan hingga ke perguruan tinggi,” jelas lelaki yang tinggal di Desa Baujeng, Beji, Pasuruan tersebut.
Setelah nanti adiknya selesai kuliah, Jun juga berencana ingin membina keluarga. Beberapa gadis pernah dekat dengannya, namun tiba-tiba menjauhi saat mengetahui kakinya tidak sempurna. “Kebanyakan yang selama ini ingin saya kenal lebih jauh, selalu memandang kekurangan fisik yang ada pada saya. Namun, saya yakin pasti suatu saat saya akan menemukan gadis yang menerima saya apa adanya,” pungkas Jun dengan yakin. (naskah dan foto rudianto ganis)