Suatu hari datang seorang perempuan muda cantik yang hanya memiliki sebelah kaki kiri. Kaki kanannya yang tidak utuh diamputasi sebatas lutut karena kecelakaan lalu lintas. Gadis muda itu datang diantar cowoknya yang juga tampan ditemani kakak perempuan si cewek. Ia datang tanpa tongkat penyangga kakinya yang tidak utuh dan lebih memilih jalan sambil meloncat-loncat kecil.
Dengan mengenakan rok yang cukup panjang, sepintas gadis itu tidak terlihat jika ia ada yang kurang dengan sebelah kakinya. Ia baru terlihat aneh jika sudah jalan. Sugeng geleng-geleng kepala melihatnya. Ia mengganggap gadis itu tidak cerdas sehingga membuat tubuhnya capek dengan model jalan yang begitu.
“Kenapa malu jika harus pakai tongkat! Wah, ini namanya menyiksa diri sendiri!” Ospek belum berakhir, terhadap cowok yang mengantarnya Sugeng berujar kenapa memilih gadis yang tidak utuh kalau di luar sana masih banyak gadis cantik yang lebih sempurna. Mendengar itu si cowok hanya tersenyum, tapi tidak dengan ceweknya yang mukanya merah padam.
“Buktikan kepada pacarmu kalau kamu itu memang cewek yang patut disayangi dalam keadaan apapun! Karena itu kamu harus bangkit, mandiri, dan tidak cengeng menghadapi permasalahan!” cambuk Sugeng Kaki Palsu kepada si cewek yang berusaha tegar mendengarnya.
Sakit memang ucapan Sugeng Kaki Palsu, tapi jika kalimat itu direnungi dalam-dalam, memang begitulah sesungguhnya hidup ini. (naskah dan foto: rudi ganis)