Datang Utomo: Meski Memakai Kaki Palsu, Semangatnya Seperti Anak Muda



Datang Utomo atau yang lebih akrab dipanggil Om Gajah adalah salah seorang pemilik gantangan burung AM BC Mojokerto yang dikenal sebagai gantangan lomba burung paling tua dan punya pemain fanatik.

Ketika gantangan Arek Mojosari (AM BC) ini sudah bisa berjalan, ia meninggalkan gantangan tersebut dan membuka usaha warung makan bernama Sate & Gule Barokah, yang lokasinya hanya beberapa kilometer dari AM BC Mojosari arah Krian, Sidoarjo.

“Nanti jika warung ini sudah berjalan dengan baik, saya pun akan meninggalkan biar diurusi istri dan karyawan. Sekarang masih perlu terjun sendiri, karena belum lama berdiri,” ungkapnya. Meski belum lama berdiri, namun warung sate dan gule ini ternyata dalam sehari bisa menghabiskan 2-3 ekor kambing dalam setiap harinya. Itu tidak termasuk pesanan untuk acara hajatan atau aqigohnya.

Om Gajah adalah salah seorang pemakai kaki palsu, namun tidak seperti orang yang memakai kaki palsu. Aktivitasnya banyak sekali. Semangatnya tidak kalah dengan anak muda. Di warung sate dan gulenya, ia terjun sendiri sebagai tukang bakarnya. Sesekali ia masih memantau gantangan AM BC. Selain itu, ia juga punya ternak kambing yang jumlahnya cukup banyak. Setiap pagi, ia selalu rutin olah raga jalan kaki sekitar 4 KM.

“Saya memakai kaki palsu sekitar 2 tahunan. Makan yang tidak teratur, dan sembarangan membuat saya menderita diabetes yang akhirnya menyebabkan luka di kaki dan terpaksa harus diamputasi,” kisahnya.

Keputusan amputasi kaki kanannya diambil Om Gajah dengan mantap sebab jika tidak akan semakin menjalar kemana-mana. Dua bulan setelah amputasi, Om Gajah sudah langsung bisa memakai kaki palsu. Luka-luka bekas operasi kakinya cepat mengering sebab ia ketat dalam mengatur pola makan.

Pertama kali memakai kaki palsu dan bisa berjalan, Om Gajah senangnya tidak karuan. Saking senangnya kaki palsu itu sempat dibuatnya melompati selokan. Namun, usai melompati selokan. Ia tidak bisa balik lagi.

“Saya punya tiga buah kaki palsu dengan yang saya pakai ini. Semuanya buatan Pak Sugeng. Tapi, yang di rumah tidak pernah saya pakai dan saya memilih memakai yang jelek ini karena rasanya nyaman dan enak,” ujar bapak dari dua orang anak ini.

Lelaki kelahiran 1969 ini mengaku hampir tidak ada keluhan dengan kakinya yang habis diamputasi. Kuncinya adalah semangat, pantang menyerah, dan rajin olah raga untuk menjaga kesehatannya. (naskah dan foto rudianto ganis)

Post Comment