Suatu pagi, seorang wanita paruh baya dengan diantar anak laki-lakinya datang ke bengkel kaki palsu Sugeng dengan mengunakan sepeda motor dari Gresik. Keduanya sudah menempuh jarak yang cukup jauh.
Kaki sebelah kanan ibu tadi mengenakan kaki palsu buatan Sugeng. Sebelah tangan Si Ibu juga tidak sempurna, hanya separuh panjang tangan normal. Meski begitu wajah wanita ini memancarkan keteduhan dan selalu menyunggingkan senyum. Sama sekali tak nampak raut kesedihan atau kesusahan dari raut wajahnya.
Ia terlihat berbicara akrab dengan Sugeng, seperti obrolan seorang ibu pada anaknya. Kepada Sugeng, wanita itu mengutarakan maksud kedatangannya untuk memperbaiki kaki palsu miliknya yang mengalami sedikit kerusakan.
Sugeng kemudian memeriksa kondisi kaki palsu itu. Dan apa yang kemudian terjadi. Sugeng tiba-tiba marah-marah. Dengan setengah berteriak, ia berkata pada anak laki-laki ibu tersebut.
“Rusak begini saja kenapa dibawa ke sini. Kamu bodoh ya tidak bisa memperbaiki sendiri. Kenapa jauh-jauh dari Gresik hanya untuk memperbaiki kerusakan sekecil ini!” Si Anak kaget bukan kepalang dikata-katai Sugeng demikian. Ia hendak membantah, namun Sugeng tak memberinya kesempatan dan terus melontarkan omelan.
Baru setelah Sugeng mereda, pemuda itu kemudian menjelaskan semuanya. Ternyata, kaki palsu itu sebenarnya sudah coba diperbaiki. Namun, ibunya tetap ngotot datang ke Mojosari untuk menemui Sugeng. “Ibu katanya mengaku marem (tentram-red) jika yang memperbaiki kaki palsunya adalah Pak Sugeng sendiri, sekalian silaturahim katanya,” ucap sang anak.
Mendengar penuturan seperti ini, Sugeng hanya bisa tersenyum kecut seolah sedang bersalah sebab baru saja mendamprak si anak. Sugeng kemudian menjabat erat tangan si pemuda tadi. Energi positif yang dipancarkan Sugeng ternyata demikian kuat. Seperti ibu tadi, beberapa orang mengaku bisa mendapatkan ketenangan dan semangat baru usai bertemu dengannya.
Tak heran jika kemudian, ibu tadi nekad menempuh perjalanan jauh dengan alasan memperbaiki kaki palsu miliknya, sambil merecharge kembali energi positifnya dengan bertemu Sugeng.
“Nggih, kulo seneng nek wis sampun kepanggih Pak Sugeng,” ucap perempuan itu dengan ramah, yang arti ucapannya, “Ya saya merasa senang dan lega kalau sudah bertemu Pak Sugeng.”
Sugeng yang mendengar pengakuan wanita itu sambil berlalu pergi, berucap, ”Ketemu saya untuk dimarah-marahi kok malah seneng!”
Itulah yang membedakan bengkel kaki palsu milik Sugeng dengan yang lain. Sugeng memiliki pengalaman hidup yang searah dengan apa yang dirasakan oleh mereka para penyandang disabilitas. (naskah dan foto : rudianto ganis)