Jauh-jauh dari Jambi, Tidak Sekedar Butuh Kaki Palsu



Hartono (51), lelaki itu datang dari Jambi seorang diri, dengan naik angkutan bus. Rabu malam (4/7), ia sampai di terminal Mojokerto dan langsung dijemput Komendan Sugeng Kaki Palsu.

“Kalau tahu datang seorang diri, pasti saya suruh naik ojek, saya pikir dia ada pendamping, makanya saya jemput pakai mobil,” ujar Sugeng tidak bermaksud menyesal menjemput tamunya.

Sugeng hanya heran, kok nekad orang ini datang dari Jambi yang jauh dengan naik angkutan darat yang panjang dan melelahkan. Padahal kalau mau dan bisa, ia bisa memesan kaki palsunya lewat HP dengan catatan tahu cara mengukurnya.

Hartono berangkat sejak Sabtu, namun ia sempat menginap di Jawa Tengah, di salah seorang familinya. Tidak sedikit pun raut di wajah Hartono memperlihatkan bahwa dia adalah seorang berkebutuhan khusus, tanpa sebelah kaki. Pada 2010, Hartono pernah ke Mojokerto, waktu memesan kaki palsu untuk pertama kalinya pada Sugeng. Tapi, waktu itu ia didampingi istrinya.

Dalam obrolannya, lelaki ini beranak dua ini mengaku mengalami kecelakaan kerja pada 1991 sehingga sebelah kakinya terpaksa diamputasi. Waktu pertama kali pakai kaki palsu, ia tidak memakai kaki palsu buatan Sugeng. Kaki palsu itu dirasa berat dan ada tali pengikatnya sehingga membuat peredaran darahnya tidak lancar dan pahanya sakit. “Kayak kambing saja dikasih tali pengikat,” canda Sugeng soal kaki palsu yang mesti pakai pengikat itu.

Setelah mengetahui Sugeng dari televisi, ia dan istri langsung datang ke Mojokerto pada 2010 itu. Kini, Hartono kembali datang ke Mojokerto lagi. Tujuannya datang kembali ke markas bukan sekedaran urusan kaki palsu, namun ada pula niat untuk silaturahim.

“Silahturahim sekalian ingin mencari istri lagi,” ucap Hartono menirukan ungkapan Sugeng, yang artinya mencari kaki palsu lagi biar punya dua untuk cadangan yang satunya.

Meski sebelah kakinya pakai kaki palsu, Hartono mengaku bisa mengendarai mobil dan sopir adalah profesinya. Ia bahkan terkadang bisa mengantar orang sampai Jakarta dengan mobilnya. Orang yang diantarnya pun tidak keberatan soal dirinya yang memakai kaki palsu. Mereka mengaku biasa saja dan percaya pada kemampuan Hartono mengendarai mobil. SIM yang dimiliki Hartono juga normal, SIM A, yang juga diperoleh dengan cara normal pakai ujian.

“Saya menerima apa yang saya alami ini dengan iklas, ini bagian dari resiko pekerjaan saya dulu, sekarang saya merasa tidak sebagai orang cacat. Istri dan anak-anak juga menganggap saya seperti orang normal. Saya pantang putus asa dan dikasihani orang,” ujarnya. (naskah dan foto : rudianto ganis)

Post Comment