Samadi, lelaki kelahiran Kudus, 4 Maret 1975 silam ini pemakai kaki palsu yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir truk berukuran besar. Daerah jelajahnya bisa sangat jauh, meliputi Banyuwangi, Bali, dan NTT. Ketika gempa terjadi di Lombok beberapa hari yang lalu, lelaki yang tinggal di Desa Hadipolo RT 05 RW 03, Kecamatan Jekulo, Kudus ini sedang berada di Bali bersama seorang kawan, Andri Nasution, yang juga seorang pemakai kaki palsu.
Awal Agustus 2018 lalu, ia sempat mampir ke bengkel kaki palsu milik Komendan Sugeng yang ada di Mojokerto untuk menjemput Andri Nasution yang ingin jalan-jalan ke Bali. Samadi kebetulan ada pengiriman barang untuk daerah Bali.
Andri yang menjadi kenek dadakan menceritakan bagaimana kehebatan Samadi di saat mengemudikan truknya. “Seperti orang normal, kaki palsu yang dipakainya tidak menjadikan masalah,” cerita Andri.
Bahkan di tengah perjalanan, saat salah satu ban truk yang mereka tumpangi bocor, Samadi yang tidak punya kenek mengganti ban itu seorang diri. “Saya ingin membantu tapi tidak diperbolehkan,” ujar Andri.
Kepada Andri, Samadi mengaku sudah biasa mengganti ban sendiri. Tapi, saat proses mengganti ban berlangsung, ada salah satu mur yang tidak bisa dibuka akibat sudah lama tidak pernah dibuka atau sudah karatan. “Tenaga Pak Samadi kuat sekali, tapi meski pipa besi untuk mengungkit mur itu sampai bengkok, mur itu tidak juga bisa dibuka,” jelas Andri.
Tidak kehilangan akal, pipa besi yang digunakan mengungkit mur itu akhirnya diganjalkan ke aspal jalan dengan pertimbangan yang telah dipikirkan dengan matang. Kemudian mobil dijalankan pelan-pelan sampai akhirnya mur yang karatan itu bisa dibuka.
Samadi menurut Andri kehilangan sebelah kakinya karena kecelakaan mobil truk yang dikendarainya. Ia sempat khawatir tidak akan bisa lagi menjalankan pekerjaan sebagai sopir setelah kecelakaan itu. Namun kekhawatiran itu tidak terbukti setelah ia memakai kaki palsu dan tak patah semangat meski kakinya tidak lagi utuh. “Tidak ada yang tidak bisa jika kita mau berusaha!” begitu ucap Samadi pada Andri. (naskah dan foto : rudianto ganis)