Hubungan Sugeng dengan orang yang membutuhkan kakinya tidak seperti hubungan pembeli dan penjual, setelah barang dibeli dan dibawa pulang maka hubungan terputus. Barang yang dibeli tidak bisa dikembalikan. Segala kerusakan sudah menjadi tanggungjawab pembeli sendiri.
Setelah kaki palsu dibawa pulang, ada beberapa di antaranya yang komplain, ada bunyi kriet-kriet, tidak nyaman, sakit waktu dipakai, dan sebagainya. Yang dekat biasanya bisa langsung merapat ke markas. Yang jauh dipandu Sugeng lewat telepon agar diperbaiki sendiri jika bukan kerusakan yang parah.
Yang tidak ada kerusakan juga ada yang menghubungi Sugeng, hanya sekedar say hello, tanya kabar dan keadaan masing-masing. Bukan kaki palsunya yang perlu diperbaiki, tapi yang sekedar say hello itu terkadang membutuhkan dukungan moral karena sedang melakukan sesuatu hal.
“Yang bagaimana lagi, di sini tidak saja mereparasi kaki palsu, tapi juga mereparasi mental,” kata Sugeng.
naskah dan foto : rudi ganis