Siang itu, seorang pasien dari Tulungagung dengan diantar istri, anak dan sopir mengunjungi bengkel pembuatan kaki palsu, di Kauman, Mojosari, Mojokerto. Mereka berniat memesan kaki palsu di bengkel Mirtha Production milik Sugeng Kaki Palsu. Istri pasien langsung menemui Mbak Yetty, yang bertindak sebagai manager sekaligus sekretaris Sugeng Kaki Palsu atau yang biasa mengurusi administrasi di Mirtha Production.
Dari dalam mobil kemudian turun seorang lelaki tanpa sebelah kaki. Ia diturunkan dari mobil dan didudukkan dalam sebuah kursi roda. Sugeng Kaki Palsu yang mengetahui hal itu agak kaget dan penasaran. Sugeng Kaki Palsu kemudian bertanya,”Bapaknya tidak bisa memakai kruk atau tongkat untuk jalan tah?!”
Pasien dan keluarganya menggelengkan kepalanya. Sugeng pun ikut-ikutan menggeleng-gelengkan kepala tanda ada yang tidak disukainya. “Tidak bisa memakai kaki palsu, kalau sebelumnya tidak pernah berlatih berjalan mengunakan tongkat atau kruk! Bu Yetty, Bu Yetty ke sini dulu! Jangan dieksekusi dulu kaki palsunya!” teriak Sugeng Kaki Palsu.
Bu Yetty keluar setelah mendengar panggilan itu. “Diajari latihan jalan dulu, kalau tidak bisa jalan menggunakan tongkat atau kruk tidak akan dibuatkan kaki palsu,” ucap Sugeng Kaki Palsu dengan keras.
Bu Yetty dengan sigap lalu menurunkan pegangan untuk latihan jalan yang selama ini jadi satu dengan tangga ke lantai dua. Pasien pun kemudian oleh Bu Yetty diajari cara jalan mengunakan tongkat atau kruk dengan pegangan besi memanjang yang memang untuk latihan jalan bagi pasien yang akan memakai kaki palsu.
Selain mahir mengurusi pembukuan, menangani pesanan kaki palsu untuk pasien, Bu Yetty ternyata ahli memberi terapi bagi pasien yang belum bisa jalan mengunakan kruk atau kaki palsu. “Ayo, Bapak….! Bapak harus bisa berjalan sendiri, biar tidak merepotkan istri atau anak. Bapak masih muda dan kuat untuk berjalan sendiri,” ucap Bu Yetty yang tak kalah dengan seorang motivator sejati.
Begitulah Sugeng Kaki Palsu dan Mirtha Productionnya. Mereka tidak mau begitu saja membuatkan kaki palsu jika memang tidak bisa digunakan dengan baik. Padahal jika mereka mau, dipakai tidak dipakai, ya bisa saja dibuatkan yang penting yang memesan bisa membayarnya. Tapi itu tidak dilakukan Sugeng Kaki Palsu, sebab mereka tidak menjual kaki palsu, tapi membangkitkan semangat di balik sepotong kaki palsu. (naskah dan foto rudianto ganis)