Miskan Pantang Berdiam Diri, Memakai Kaki Palsu Berjualan Bakso



Penyakit diabetes membuat sebelah kaki Miskan terpaksa harus diamputasi. Jika tidak, kaki yang sudah terluka dan membusuk itu akan terus merambat naik hingga bisa sampai lutut.

“Saya bolak-balik ke dokter dan rumah sakit. Capek dan memakan biaya, meski sudah ada BBJS,” ujar Miskan, yang tinggal Desa Sekar Gandung, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto ini.

Siang itu, Miskan datang Markas Komendan Sugeng sambil membawa kaki palsunya yang pecah sedikit. Sementara yang dipakainya adalah kaki palsu cadangannya. “Saya punya ‘istri’ dua seperti anjuran Abah Sugeng, agar jika ‘istri’ yang satu tidak bisa dipakai bisa memakai yang satunya,” ucap Miskan sambil tertawa, yang dimaksud ‘istri’ adalah kaki palsu.

“Saya mengangkat pentol bakso yang berat dan panas tanpa pijakan yang tepat sehingga kaki palsu saya pecah,” kisahnya.

Sambil menunggu kaki palsu yang pecah itu diperbaiki para anak buah Komendan Sugeng, Miskan bercerita bahwa ia memakai kaki palsu sejak Desember 2017 lalu. Dulu sebelum memakai kaki palsu, ia banyak berdiam diri di rumah sementara istrinya yang bekerja berdagang makanan dan minuman kecil di sebuah sekolahan.

Tidak enak berdiam diri terus, setelah mendapatkan kaki palsu, Miskan akhirnya ikut berjualan seperti istrinya. Ia berjualan pentol bakso di sekolahan dari pagi sampai menjelang siang dan lanjut ke TPQ pada sorenya setelah istirahat beberapa lama. Barang dagangannya itu dinaikkan dalam sebuah sepeda motor beroda tiga hasil modifikasi yang menghabiskan biaya sekitar 8 juta rupiah.

“Anak saya dua, satu kuliah dan satu lagi di SMA. Biaya pendidikan mereka yang dari berjualan bakso dan dari istri yang berdagang kecil-kecilan di sekolahan,” ujar Miskan dengan ringan seolah beban hidupnya biasa.

“Malu kalau berdiam diri di rumah, sementara istri yang harus bekerja. Selama saya mamu dan bisa maka saya akan melakukannya,” ujarnya. (naskah dan foto : rudianto ganis)

Post Comment