Sabtu itu (29/6), Nursiti (25), datang ke Markaz Komendan Kaki Palsu, yang ada di Kauman Gang 3 No 33, Mojosari, Mojokerto dengan diantar kakaknya. Waktu pertama kali bertemu dengan penulis, ia sedang ngobrol bersama Sugeng Siswoyudono.
Sepintas ia seperti gadis pada umumnya. Penulis sempat menyangka ia sedang mengantar orangtuanya untuk mendapatkan kaki palsu. Setelah ngobrol dengan penulis, ternyata ia sendiri yang sedang memesan kaki palsu untuk kaki kirinya.
Dengan pakaian yang tertutup hingga mata kaki, memang tidak terlihat wanita ini pemakai kaki palsu. Bahkan, saat berjalan, jalannya pun lumayan bagus. Ia jauh-jauh datang dari Jember dengan naik motor, sebenarnya untuk memperbaiki kaki palsunya yang bunyi kriek-kriek seperti kurang terkena pelumas.
“Sudah saya pelumasi pakai pelumas mesin jahit, namun masih tidak enak pakainya dan masih bunyi kriek-kriek,” ucapnya.
Karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya, ia pun datang untuk memperbaiki kaki palsunya. Sugeng pun tertawa saat melihat kaki palsu Nursiti yang penuh dengan minyak. Minyak satu liter mungkin ditumpahkan semua untuk melumasi bagian bautnya. Tak lama setelah ditangani Sugeng, kaki palsu milik Nursiti itu pun beres. Bahkan, kemudian Nursiti memesan satu lagi kaki palsu sebagai cadangan.
Nursiti mengaku tidak punya sebelah kaki sejak lahir. Ia baru memakai kaki palsu, setelah SMP dan kaki palsu itu juga buatan Komendan Sugeng. Wanita yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak ini sehari-hari punya aktivitas menjahit.
“Merintis usaha jahit menjahit di rumah, namun pesanan belum terlalu banyak sebab tempatnya di desa yang agal terpencil,” jelasnya.
Karena pesanan menjahit belum banyak, Nursiti berencana melamar pekerjaan di pabrik garmen yang ada hubungannya dengan keahlian menjahitnya. Kebutuhan keluarga yang kian banyak dan tidak semua bisa tertutup penghasilan suami dan dirinya, membuat Nursiti harus berpikir ekstra untuk bisa memenuhi itu.
Namun, tampaknya ia tidak mau menyerah begitu saja, karena itu ia terlihat penuh semangat saat mengungkapkan niatnya untuk melamar pekerjaan di pabrik garmen. (naskah dan foto rudianto ganis)