Saiful Bahri bukan orang berduit. Lelaki kelahiran 1989 ini bisa pergi umroh ke Tanah Suci sebab ada salah seorang anggota polisi yang bertugas di Mabes yang memberangkatkan ke sana. Kaki palsunya pun diperoleh bukan dari membeli, namun pemberian gerakan 1.000 Kaki Palsu yang digagas Metro TV bersama Sugeng Kaki Palsu.
“Waktu berada di Tanah Suci, saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah. Malam-malam pun saya bangun, mandi dan berangkat ke masjid. Kalau ingat itu, rasanya tidak ingin pulang,” kisah Saiful Bahri alias Ferry, saat ditemui di Markas Komendan Kaki Palsu, Kauman, Mojosari, Mojokerto.
Saking semangatnya beribadah di Tanah Suci, kaki palsunya sampai rusak di sana. Beruntung ia membawa kaki palsu cadangan. “Kaki palsu yang rusak itu saya tinggal di Tanah Suci, barang bawaan sudah banyak dan koper sudah tidak muat lagi,” ucap Ferry. Sugeng Kaki Palsu yang kebetulan mendengar kisahnya menimpali sambil tersenyum, mungkin kaki palsu buatannya itu ingin tinggal di Tanah Suci.
Ferry tinggal di Jakarta. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih sebuah masjid, tukang parkir, dan terkadang mencari barang rongsokan untuk dijadikan uang. Dengan keterbatasannya, Ferry bisa meminang seorang gadis yang saat ini resmi menjadi istri dan memberinya seorang anak bernama Maulana.
“Saya menikahi istri sudah dalam kondisi tidak punya satu kaki. Pekerjaan pun tidak jelas, tapi alhamdulillah istri mencintai saya apa adanya,” ujar Ferry sambil matanya berbinar.
Ferry mengakui jika pihak keluarga istrinya sempat tidak menerima dirinya untuk menjadi menantu mereka. Tapi, seiring waktu, kepercayaan itu akhirnya diperoleh Ferry, baik dari kedua mertuanya maupun kakak-kakak istrinya.
Ferry datang ke Mojokerto selain untuk urusan kaki palsunya yang rusak, ia juga ingin silaturahhim dengan Sugeng Siswoyudono, yang pernah bertemu waktu di Jakarta. Kendala jarak Jakarta dan Mojokerto tidak menjadikan soal baginya, padahal secara keuangan ia bisa dibilang pas-pasan.
“Kaki palsu saya yang rusak tidak bisa saya benahi sendiri. Bahkan tukang yang saya mintai bantuannya salah saat membetulkannya. Ya, tidak apa-apa jauh-jauh dari Jakarta datang ke sini,” katanya ringan sekali. Seringan hidupnya yang sebenarnya berat namun menjadi ringan sebab ia sudah menyerahkan urusan hidupnya pada Yang Maha Pemberi rejeki. (naskah dan foto : rudianto ganis)