Pada 2006, Cak Hudah, begitu lelaki ini biasa disapa mengalami kecelakaan saat menjadi sopir sebuah truk miliknya sendiri. Saat itu terjadi, anak pertamanya masih kecil dan istrinya sedang mengandung.
Kecelakaan itu tidak saja membuatnya kehilangan kaki, namun ia juga harus kehilangan pekerjaannya sebagai sopir. Usai kakinya diamputasi, truknya pun dijual untuk biaya berobat dan memulai usaha baru.
Saat menghadapi musibah itu, lelaki yang punya nama lengkap Samsul Hudah ini mengaku jika istri, orangtua, dan saudaranya begitu perhatian. Ia bahkan sempat hendak diberi warisan orangtua jatah saudaranya untuk dirinya. Namun, oleh Cak Hudah ditolak. Ia menyakini itu bukan haknya dan dia tidak mau dikasihani.
Sebulan setelah kehilangan kaki itu, Cak Hudah langsung membuka usaha toko kecil-kecilan berisi beberapa bahan sembako. Dengan memakai kruk atau tongkat, ia berbelanja sendiri bahan keperluan tokonya.
Pertama kali datang berbelanja, sebelum kenal akrab dengan pihak toko tempatnya kulakan, Cak Hudah sempat dikira peminta-minta. Tapi setelah kenal lama-lama akhirnya jadi akrab dengan agen tempatnya berbelanja. Pertemanannya dengan Sugeng Kaki Palsu juga makin membuat Cak Hudah semangat untuk mandiri.
Karena membawa sepeda motor saat kulakan, tak jarang barang yang dibawa Cak Hudah cukup banyak. “Saking banyaknya, saya pernah jatuh ke sawah sampai penuh lumpur, yang lucu orang menolang tidak tahu jika saya memiliki satu kaki,” kisah Cak Hudah sambil tertawa.
Kini, usaha Cak Huda boleh dibilang cukup maju pesat dan terbesar di kampungnya yang berada di Dusun Wunut RT 02 RW 01, Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Ia pun bisa membeli kendaraan bermotor, memenuhi kebutuhan anak dan istri tanpa tergantung pada orang lain.
Dengan keterbatasannya, Cak Hudah boleh dibilang tidak mau dikasihani siapa saja, termasuk menerima bantuan, baik dari pemerintah atau pihak-pihak tertentu.
“Saya insaalloh masih mampu,” ucapnya. Cak Hudah bahkan beberapa kali mencoba membantu sesama disabilitas untuk bangkit berusaha dan tidak boleh tergantung sama orang lain.
Cak Hudah mengaku jika yang sempat minder karena dirinya hanya punya satu kaki justru anaknya. Untuk mendidik dan memberikan rasa percaya diri bahwa ayahnya bisa diterima orang lain, tak jarang anaknya itu diajak ke agen tempatnya kulakan atau bertemu dengan beberapa orang.