Sugeng Kaki Palsu : Dadi Wong Ojok Ora Isokan, Apa-apa Tidak Bisa!



Suatu hari, di markaz pembuatan kaki palsu, yang berada di Kelurahan Kauman Gang III, Mojosari, Mojokerto, datang 5 orang dari Nganjuk, Jawa Timur. Mereka mengantar Kiki, remaja yang belum genap setahun ini lulus dari SMU. Ia mengalami kecelakaan di jalan raya hingga membuat sebelah kakinya terluka parah. Kiki masuk rumah sakit dan sebelah kakinya yang patah itu dioperasi oleh dokter bedah dan tulang.

Usai operasi, tidak sampai sebulan, kaki itu bukannya mengalami perkembangan yang baik, namun malah membusuk. Akhirnya diputuskan untuk mengamputasinya. Kiki, remaja yang sedang senang-senangnya menikmati masa muda down. Ia stres dan sempat mengurung diri selama beberapa lama.

Pihak keluarga terus berusaha membangkitkan kembali semangatnya. Sampai akhirnya, Kiki mulai sadar bahwa ia tidak bisa terus-terusan seperti itu. Ia kemudian banyak browsing di internet tentang orang-orang yang memakai kaki palsu, dan keadaannya lebih memprihatinkan darinya. Pihak keluarga pun tidak tinggal diam, mereka berusaha mencari tahu pembuatan kaki palsu yang baik, dan tentu saja murah.

“Waktu mengantar orang ke Kediri, saya melihat orang memakai kaki palsu. Oleh orang itu saat saya tanya dimana membelinya, saya ditunjukkan alamat Abah Sugeng di sini, di Kauman, Mojosari ini,” ucap orangtua angkat Kiki yang bekerja sebagai sopir mobil.

“Kaki buatan sini itu jelek, kenapa kok kamu mau datang ke sini?” celetuk Sugeng Kaki Palsu saat ngobrol santai sambil menunggu pembuatan kaki palsu yang dikerjakan anak buahnya selesai.

“Waktu memegang dan melihat kaki palsu orang Kediri itu, kelihatan nyaman dan ringan. Tidak berat seperti yang saya lihat sebelum-sebelumnya,” ucap orangtua Kiki.

Sekitar 4 jam, kaki palsu yang dipesan untuk Kiki selesai. Kiki langsung mendapatkan terapi atau latihan cara memakainya. Mulanya ia diajari oleh anak buah Komendan Sugeng, namun melihat Kiki yang sepertinya manja, Sugeng Kaki Palsu turun tangan.

“Dadi wong itu ojok ora isokan (jadi orang itu jangan tidak bisaan-red). Kamu tahu artinya tidak bisaan?!” tanya Sugeng.

Kiki hanya diam mendengarkan ucapan Sugeng, yang intinya tidak bisaan itu katanya adalah mengerjakan apa-apa tidak bisa. Arti jawanya memang bagus kalimat ora isokan itu, yang mana suka menolong. Kalimat Sugeng belum berhenti, ia terus nyerocos,”Hai, Ibu? Anak Ibu ini jangan dimanja kalau di rumah, kalau dimanja terus ia bisa jadi orang yang tidak mandiri. Kamu juga jangan mau dimanja oleh Ibumu!”

Setelah sekitar seperempat latihan berjalan, Kiki dan keluarganya pamitan pulang ke Nganjuk. Meski sempat diomel-omeli Sugeng, Kiki terlihat tidak marah, namun wajahnya justru terlihat cerah seperti baru mendapatkan sesuatu. (naskah dan foto rudianto ganis)

Post Comment