Lelaki itu usianya belum terlalu tua, mungkin sekitar 35 tahunan. Sugeng Kaki Palsu lupa namanya, yang ia ingat lelaki tanpa sebelah kaki itu datang dari jauh, yaitu Batang, Jawa Tengah. Suatu saat ia datang ke markaz pembuatan kaki palsu milik Sugeng yang ada di Kauman Gang III, Mojosari, Mojokerto, dengan naik bus dari daerah asalnya. Ia datang seorang diri, dengan perbekalan uang yang tipis alias pas-pasan menurut pengakuannya pada Sugeng yang kebetulan menerimanya secara langsung.
Setelah berbasa-basi, Sugeng pun menanyakan apa yang bisa dibantunya. Lelaki itu menunjukkan kaki palsunya, yang di salah satu bagiannya sepertinya ada baut yang kendor atau mungkin aus karena tidak pernah dikasih minyak. Karena masih pagi dan anak buah belum datang, Sugeng mengeksekusi sendiri perbaikkan kaki palsu hasil bantuan dari Kick Andy Foundation beberapa tahun yang silam tersebut.
Tak membutuhkan waktu lama, kaki palsu itu pun dipersilakan untuk dipakai kembali oleh sang empunya. Dicoba jalan oleh pemiliknya, dan menurut pengakuan pemakainya sudah enak dan tidak ada bunyi kriek-kriek. Entah sengaja atau tidak, lelaki itu saat memakai kaki palsu yang baru saja diperbaiki, berucap kalimat yang membuat Sugeng Kaki Palsu marah.
“Masak dia bilang, kalau cuma itu saya juga bisa tadi, Pak. Saya pun marah, dan iseng saya minta kembali kaki palsu itu, mau saya banting biar diperbaiki sendiri! Eee, buru-buru ia merasa bersalah dengan ucapannya,” ucap Sugeng.
Hal seperti itu menurut Sugeng bukan sekali dua kali saja terjadi, namun berkali-kali dilakukan mereka yang tidak bisa memperbaiki kaki palsunya sendiri. Soal memperbaiki kaki palsu, bahkan membuat kaki palsu pun, Sugeng sebenarnya tidak pernah merahasiakan pada siapapun. Semua orang bisa masuk ke lokasi pembuatan, mengamati, bahkan belajar membuat juga diperbolehkan. Malah, Sugeng akan merasa senang jika mereka yang membutuhkan kaki palsu bisa membuat sendiri kaki palsu atau memperbaiki jika mengalami kerusakan.
Azis, salah seorang anak buah Sugeng Kaki Palsu juga mengaku sering menangani beberapa orang yang kaki palsunya rusak, namun kerusakannya kecil dan sebenarnya bisa ditangani sendiri. Mereka terkadang tidak datang dari dekat Mojokerto, namun ada pula yang datang dari daerah yang jauh. Banyak yang begitu selesai diperbaiki, bilang hanya begitu saja ya, kenapa tadi tidak terpikirkan sebelumnya ya!
“Lha, secara hukum ekonomi, kami sebenarnya harusnya merasa senang, sebab akan ada pemasukan buat usaha kami, tapi kami juga kasihan kalau mereka yang datang dari keluarga yang kurang mampu. Karena itu kami selalu mengajarkan cara memperbaiki sendiri,” ucap Azis, yang pangkatnya sersan di Mirtha Production Kaki Palsu. (naskah dan foto: rudianto ganis)