Sugeng Kaki Palsu : Kehilangan Kaki di Bawah Lutut Itu Bukan Orang Cacat!



Pemuda itu dipanggil dengan nama Pram oleh orangtua dan Omnya yang siang itu mengantarnya ke Markas Sugeng Kaki Palsu, yang ada di Kauman, Mojosari, Mojokerto. Umurnya 21 tahun. Baru sekitar 3 bulan yang lalu ia kehilangan sebelah kakinya akibat kecelaan di jalan raya. Kaki pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur yang baru saja diamputasi itu masih terlihat bengkak.

Menurut Sugeng, idealnya ia memang baru bisa memakai kaki palsu nanti setelah sekitar 6 bulan pasca operasi, yang mana biasanya bekas luka akibat amputasi sudah permanen. Menurut keluarga yang mengantarnya, Si Pram sudah tidak sabar untuk melakukan aktivitas. Meski memakai kruk, di daerah asalnya ia bisa mengendarai motor layaknya orang normal yang melaju dengan kencang.

Sugeng Kaki Palsu pun melayaninya pembuatan kaki palsu untuk Pram. Di sela-sela menunggu kaki palsunya diselesaikan, pemuda itu banyak ngobrol dengan Komendan. Bukan obrolan yang manis-manis, namun ia banyak menerima kalimat-kalimat yang pedas dari Komendan Sugeng Kaki Palsu. Salah satunya mengenai rambutnya yang dicat warna kuning, yang dianggap Sugeng untuk mencari sensasi.

“Gila itu perlu, tapi gila yang benar! Yaitu gila dalam usaha, berbisnis dan melakukan pekerjaan yang bisa mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dan keluarga. Gila dan sensasi itu beda, kalau mencari sensasi biasanya hanya sak gebyaran selesai!” ujar Sugeng.

“Tidak punya kaki di bawah lutut itu bukan orang cacat, bukan disabilitas, jangan mau dikasihani orang!” ujar Sugeng kepada pemuda tersebut.

Sugeng pun berpesan agar Pram mulailah memikirkan usaha agar tidak terus-terusan menjadi beban keluarganya. Nanti jika sudah mantap dengan usaha yang akan dijalaninya, harus melakukannya dengan gila.
“Kamu mau gila?!” tantang Sugeng.

“Mau!!!” jawab Pram dengan tegas.

Ya, begitulan Sugeng dalam memacu semangat orang-orang yang kehilangan kaki untuk mau bangkit dan belajar mandiri. Sugeng Siswoyudoni memang bukan motivator, ulama, atau seorang spiritualis yang bisa tausiah atau memberikan petuah yang enak dan lembut. Namun, ia punya cara sendiri, yaitu dengan kalimat-kalimatnya yang pedas atau nyelekit, namun sesungguhnya penuh makna jika diresapi dengan seksama. ## ( naskah dan foto rudiantoganis)

Post Comment