Sugeng Kaki Palsu itu hebat. Sugeng Kaki Palsu itu inspiratif. Sugeng Kaki Palsu itu gigih. Bukan saja karena ia tidak mudah menyerah dan mampu bangkit dari keterpurukan setelah kakinya diamputasi dengan menghasilkan kaki palsu yang murah dan dibutuhkan banyak orang. Tapi, ia bisa mem-branding dirinya sendiri dengan sangat baik. Dengan itu ia tidak perlu lagi beriklan untuk mengenal produk kaki palsunya.
Ia justru mendapatkan semacam ’’promosi gratis’’ dari pemberitaan di media massa dari personal branding-nya. Ingat Sugeng, ingat kaki palsunya. Orang jarang yang tahu tentang nama belakangnya yang sesungguhnya, yaitu Siswoyudono. Orang tahunya Sugeng Kaki Palsu.
Ingat Sugeng ingat kata-katanya yang ceplas-ceplos, keras, bahkan cenderung kasar. Ingat Sugeng juga ingat jaket dorengnya yang mirip tentara. Kebiasaan Sugeng yang memanggil orang dengan sapaan ’’komendan’’ merupakan ciri khasnya, dan entah disadari atau tidak itu seperti membrandingkan dirinya. Sugeng memang sedari kecil bercita-cita menjadi tentara.
Kemampuan personal branding Sugeng yang sangat baik bisa dibuktikan ketika suatu hari dulu, saat orang lain tidak ada yang memperhatikan stand kaki palsunya dalam pemeran pembangunan di Kota Mojokerto. Maka, saat Wali Kota Mojokerto lewat depan stand-nya yang diikuti para wartawan, Sugeng tiba-tiba maju ke depan menghadang wali kota dan memberikan kaki palsunya. Kenekatan Sugeng itu otomatis menjadi perhatian wartawan. Besoknya, foto Sugeng yang menyerahkan kaki palsu kepada wali kota pun muncul di koran dengan caption Wali Kota Mojokerto bangga dengan kaki palsu hasil buatan arek Mojosari.
“Nekat dan nakal itu perlu, asal tujuannya baik!” tandas Yanuar Yahya, pemimpin redaksi Jawa Pos Radar Mojokerto yang biasa menulis lewat rubrik Sambel Wader-nya ini.
Jawa Pos Radar Mojokerto yang berdiri sejak 2001 sebenarnya telah banyak memberitakan orang-orang yang menginspirasi seperti halnya Sugeng dalam bidang humaniora. Tapi, bertekad baja laiknya Sugeng. Sugeng membekali dirinya dengan kemampuan atau keahlian. Semestinya begitulah orang-orang membekali dirinya dengan cara terus belajar dan mengembangkan diri agar berhasil menuntaskan inspirasinya. Jawa Pos Radar Mojokerto, sebagai media pertama yang disebut Sugeng memberitakan tentang Sugeng Kaki Palsu, yang lalu efeknya seperti bola salju, yang diikuti media massa yang lain.
Pengalaman beberapa kali bertemu dengan Sugeng, Yanuar mengakui Sugeng memang keras dan ucapannya terkadang menyakitkan. Tapi sepengetahuannya itu hanya pada pasiennya dengan tujuan agar tidak patah semangat, putus asa, dan segera bangkit dari rasa sedih akibat tidak punya kaki. Menurutnya Sugeng tak hanya mereparasi kaki, tapi juga mereparasi mental orang.
Menurut Yanuar, orang Mojokerto layak bangga terhadap Sugeng yang kuat mentalnya, kreatif, dan seperti menjadi sosok yang legendaris bagi penyandang disabilitas. Diundang sampai berkali-kali dalam acara sekaliber Kick Andy di televisi nasional, menjadi semacam duta kaki palsu, bahkan bengkelnya dipercaya sebagai pembuat kaki untuk gerakan 1.000 Kaki Palsu Gratis hal itu tidak sembarang orang bisa melakukannya.
“Sugeng itu seperti telah menjadi ikon bagi orang kreatif dari penyandang disabilitas. Selain banyak kisah inspiratif yang telah diketahui orang, saya yakin masih banyak kisah-kisah hidup Sugeng Kaki Palsu yang belum diketahui orang dan juga bisa menginspirasi,” jelas Yanuar Yahya, yang juga menjabat sebagai General Manager di Jawa Pos Radar Mojokerto. (naskah dan foto : rudianto ganis)