Tentang

Semua bermula dari kecelakaan yang ia alami di Jalan Bay Pass Mojokerto. Kaki kanannya diamputasi, hatinya langsung jatuh dan nyaris kehilangan semangat. Selama beberapa bulan, ia terpaksa mengunakan kruk untuk menopang gerakan tubuhnya sampai akhirnya Sugeng mandapatkan kaki palsu sebagai pengganti kaki aslinya.

Dengan hanya memiliki sebelah kaki, cita-cita Sugeng terpaksa harus kandas untuk mengikuti tes akademi militer. “Padahal saya inginnya meneruskan cita-cita Bapak untuk menjadi tentara,” tutur anak ketiga dari pasangan (alm) Letda Gunadi dan Siti Romlah ini.

Berbekal satu kaki, Sugeng masih mencicipi dunia jalanan. Bahkan sepak terjang kenakalannya melebihi remaja kebanyakan. “Saya tidak tahu pasti, apakah mereka benar-benar takut pada saya atau mereka mengalah sebab melihat kondisi fisik saya yang cacat,” ujarnya.

Kaki palsu yang ia kenakan berharga Rp 1 juta. Sayang, usianya cuma bertahan enam tahun. “Waktu itu rasanya mangkel (marah), mau kemana-mana tidak bisa,” ingatnya. Keterbatasan dana untuk membeli kaki palsu yang baru terpaksa membuat sanak saudara Sugeng harus patungan. Kaki palsu baru itu seharga Rp 2,5 juta, yang pada waktu itu setara dengan sepeda motor terbaru dengan merk terkenal. Tapi, kaki palsu yang ke dua ini pun tidak bisa bertahan lama, kemudian rusak lagi.

Ide membuat kaki palsu muncul ketika bapak dari Makhfiarisa Kurniawati, Wina Tilamtana Disumirta Yuda (alm), Edwin Hersetyawati dan Nita Oktavirani Yuda melihat kaki palsu ke dua, hadiah dari saudaranya mulai rusak pada 1995-an.

“Mau beli lagi tidak punya duit, harganya mahal sekali, pada waktu itu harga satu kaki palsu sudah mencapai 3-4 juta,” kenangnya.

Lantaran tidak ingin terus menerus menjadi beban saudara, Sugeng ingin menunjukkan jika ia sebenarnya mampu mengatasi persoalannya sendiri. Dengan segala resikonya, Sugeng berniat membongkar satu-satunya kaki palsu yang dimilikinya. Tapi, maksud hati ingin mempelajari anatomi kaki palsunya, namun tindakan itu malah ditentang kakak-kakaknya.

Tapi Sugeng berani mengambil resiko itu. Diam-diam ia membongkar kaki palsunya. Selama tiga minggu ia bereksperimen membuat kaki palsu dengan menggunakan besi sebagai pengganti tulang yang ditutupi dengan spon, telapak kaki dibuat dari kayu. Uang Rp 150 ribu hasil jeri payahnya sebagai penjual susu digunakan untuk mewujudkan kaki palsu idamannya .

Sugeng pun berhasil pada eksperimen pertamanya, tapi lantaran merasakan tidak nyaman mendapati kakinya yang basah ketika terkena air hujan dan merasakan berat, ia pun kembali berinovasi membuat kaki barunya. Kali ini tidak dari besi, tapi mengunakan fiber. “Saya uji coba di kaki saya dulu,” ujar Sugeng sambil tertawa.

Beberapa kali hasil karyanya harus dibongkar lantaran masih merasa tidak nyaman. Sampai akhirnya ia pun menemukan konstruksi seperti yang diidamkan.