Tidak Mau Paten Pinaten dalam Urusan Kaki Palsu



Dari sekitar 8 model atau tipe kaki palsu yang dihasilkan Sugeng Siswoyudono, hanya satu di antaranya yang dipatenkan. Itu pun bukan Sugeng pribadi yang mengurusnya. Melainkan ada bagian khusus dari kolega di Jakarta yang mengerjakannya.

Karena tidak dipatenkan, semua orang bisa menjiplak atau menirunya. Menurut Sugeng, pihaknya tidak akan menuntutnya. Bahkan, Sugeng mengaku makin senang jika ada orang yang berkecimpung di dunia pembuatan kaki palsu seperti dirinya. Yang penting tujuannya adalah untuk sosial atau menolong orang yang membutuhkannya. Bukan semata-mata untuk bisnis atau mencari keuntungan pribadi.

“Saya tidak mau paten pinaten (bunuh membunuh) dalam urusan kaki palsu, silakan ditiru atau dijiplak kaki palsu karya saya. Tapi, biasanya yang menjiplak baru bisa tahap satu, saya sudah bisa melalui tahapan yang ke sepuluh ha…ha…..,” ungkapnya.

Di daerah sekitar Mojosari, Mojokerto saja, ada beberapa orang yang bisa mengerjakan pembuatan kaki palsu. Sayangnya, mereka itu tidak berani memakai nama sendiri atau brand sendiri. Namun mencatut nama Sugeng Kaki Palsu, dengan mengaku anak buah Sugeng Kaki Palsu atau bahkan mengaku sama saja hasilnya dengan kaki palsu buatan Mirtha Production yang telah dikenal luas, karena praktis, murah, dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan.

Sebagian dari mereka dulunya adalah anak buah Sugeng Kaki Palsu. Tapi, sebagian lagi ada yang tidak ada hubungannya. Mereka juga berani mencantumkan website resmi Sugengkakipalsu.com di laman blognya seolah-olah miliknya.

“Mereka ini hanya mengharapkan orang yang kesasar saja! Dan, lucunya memang ada pula yang kesasar memesan pada mereka. Tidak apa-apa sebenarnya, namun menjadi aneh jika untuk mengganti satu kaki palsu saja ongkosnya mahal,” ungkap Sugeng.

Yang tidak mau tertipu biasanya tidak akan memesan kaki palsu sebelum bertemu Sugeng. Sebab, selain ingin mendapatkan kaki palsu, orang yang seperti ini biasanya juga ingin sillaturahim dengan Sugeng dan ingin mendapatkan masukan yang berbau semangat hidup.

“Di zaman Mbah Google seperti saat ini ada beberapa orang yang tidak mengenali wajah saya. Dan, saya beberapa kali ditanya Pak Sugeng ada?! Kalau ada tamu yang seperti itu, saya biasanya menjawab Pak Sugeng tidak ada, sedang pergi keluar kota ha…ha….,” imbuhnya. (naskah dan foto; rudianto ganis)

Post Comment