Namanya Mulyono, asal Gondang, Mojokerto. Usianya sekitar 60 tahunan. Waktu pertama kali bertemu dengan penulis, ia terlihat tidak mempunyai sebelah kaki. Menilik usianya, sempat kami sempat menduga ia kehilangan kaki karena diabetes. Namun, setelah ngobrol akrab dengannya, ia justru mengaku kehilangan kaki setelah digigit ular berbisa, sekitar 6 bulan yang lalu.
Mulyono mengaku jika sebelumnya, ia hanyalah seorang buruh sawah atau buruh tani. Suatu hari, saat bekerja di sawah, tiba-tiba kakinya digigit oleh ular berbisa, yang menurut pengakuannya adalah Ular Weling. Usai digigit ular itu, ia langsung dibawa ke puskesmas oleh anggota keluarganya untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Oleh petugas yang menangani, ia diberi suntikan dan beberapa obat untuk menetralisir racun yang menyerang tubuhnya. Petugas puskesmas yang menangani mengatakan bahwa tidak apa-apa, dan diperkirakan dalam beberapa hari akan membaik. Namun, sampai seminggu berlalu, bekas gigitan tersebut justru berubah menjadi membusuk dengan warna hitam kebiruan.
Melihat kondisinya kian parah, Mulyono kemudian dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Namun, setelah diperiksa dokter, ternyata bisa ular itu tidak saja menyerang kulit, sendi, dan pembuluh darahnya, namun juga tulangnya.
“Menurut dokter, tulang saya sudah remuk. Tidak ada jalan lain, kecuali diamputasi. Maka, saya ya menurut saja waktu kaki sebelah saya akan dipotong oleh dokter,” ucap Mulyono yang minggu lalu datang ke Markas Sugeng Kaki Palsu, di Kauman Gang III No 33, Mojosari, Mojokerto untuk mendapatkan kaki palsunya.
Sugeng Kaki Palsu mengaku baru pertama kalinya ia mendapati TO-nya kehilangan kaki akibat digigit ular.
“Kalau di Papua, dari sekitar 10 orang TO, sekitar 2-3 di antaranya kehilangan kaki karena digigit buaya, di sana kan masih daerah rawa-rawa yang banyak buayanya,” ucap Sugeng yang pernah ke Papua sampai daerah perbatasan dengan negara tetangga. (naskah dan foto rudianto ganis)