Wahyu Hidayat, Nyaris Bunuh Diri Karena Kaki Palsu Mahal



Kecelakaan di tempat kerja yang berhubungan dengan listrik tegangan tinggi membuat Wahyu Hidayat (24) harus kehilangan kaki kanannya. Kepalanya terluka dan jari-jari tangan kirinya susah digerakkan lagi.

Kaki kanannya yang di bawah lutut harus diamputasi sebab kulit dan tulangnya gosong. Kepalanya meninggalkan bekas luka hingga sebagian rambutnya tidak bisa tumbuh lagi. Sementara tangan kirinya, juga terlihat bekas-bekas luka dan beberapa di antara jari itu tidak bisa digerakkan secara sempurna.

Usai diamputasi, dokter yang menangani menjanjikan kaki palsu gratis lewat BBJS Kesehatan. Wahyu sempat senang mendengarnya. Usai diamputasi, Wahyu menjalani terapi. Di sela-sela terapi di rumah sakit, kaki kanan Wahyu yang buntung sempat diukuri oleh petugas.

“Kaki palsu itu katanya selesainya sekitar sebulan. Namun, yang membuat saya kaget adalah biaya kaki palsu yang antara 10-12 juta rupiah,” ucap Wahyu. Harga kaki palsu itu tidak semuanya dibayar BBJS, hanya sekitar 30 persen yang ditanggung BBJS Kesehatan.

Wahyu marah mendengar biaya pembelian kaki palsu yang besar itu. Ia sempat mengumpat pada orang yang mengukur kakinya. Ia merasa kaki palsu yang belum tahu bentuk dan rupanya itu mahal sekali. Ia kembali mendatangi dokter yang dulu mengamputasi kakinya. Ia ceritakan kepada dokter itu soal harga kaki palsu yang antara 10-12 juta rupiah. Sementara yang ditanggung BBJS Kesehatan hanya 30 persennya.

“Kalau harganya semahal itu, saya lebih baik tidak pakai kaki palsu dan bunuh diri saja,” ucap Wahyu dengan kesal kepada dokter itu. Wahyu pulang dengan marah dan memutuskan untuk tidak datang ke tempat terapi. Ia juga tidak mau datang lagi ke dokter, meski sebenarnya masih membutuhkan kontrol dokter dan obat-obatan.

Di tengah mogok tidak mau pergi terapi dan menemui dokter, Wahyu mencoba menjalin bertemanan dengan para penyandang disabilitas untuk mengetahui harga dan bagaimana cara mendapatkan kaki palsu. Sampai akhirnya, ia menemukan alamat Sugeng Kaki Palsu.

“Pak Sugeng tidak mau menyebut saya membeli kaki palsunya. Tapi, yang benar adalah mengganti ongkos material dan biaya pembuatannya. Sebab, jika dibandingkan dengan harga kaki palsu yang lain memang jauh lebih murah,” ujar Wahyu yang ditemui di Markas Komendan Sugeng Kaki Palsu, di Kauman, Mojosari, Mojokerto.

Tak lebih dari tiga jam menunggu, kaki palsu yang diperuntukkan untuk Wahyu itu akhirnya selesai dibuat. Ia langsung mencoba dan wajahnya terlihat gembira. Masih terlihat kikuk dan butuh waktu untuk bisa lancar mengemudikan ‘Kapal’ tanpa harus melihat ke kaki palsunya.

“Jangan taruh otakmu di dengkul, supaya jalanmu lancar!” bentak Sugeng kepada Wahyu. Wahyu terus mencoba kaki palsunya. Ia mencoba serileks dan senyaman mungkin tanpa harus memperhatikan gerakan kaki palsunya. (naskah dan foto : rudianto ganis)

Post Comment