Pak Ali tidak ingat kapan pastinya kehilangan sebelah kakinya. Yang ia ingat, ia sedang berada di rumah sakit untuk menjalani pengobatan sebelah kakinya, saat Pak Dhe Karwo mulai dilantik untuk menjadi guburnur Jatim untuk periode pertamanya.
“Kaki saya terpaksa harus dipotong (amputasi) akibat masuk dalam selep perontok jagung, waktu itu saya berada di atas mesin. Kaki saya tidak bisa disembuhkan lagi sebab remuk,” ujarnya saat bertemu di markas Komendan Kaki Palsu, Kauman, Mojosari, Mojokerto.
Di usianya yang tidak muda lagi, lebih dari 70 tahun, Ali yang datang di markas dengan diantar anaknya terlihat bukan tipe orang yang mudah menyerah dan mau tinggal diam saja di rumah. “Bapak tidak mau diam, ia ada saja yang dikerjakan. Kalau tidak ke sawah, ia biasanya pergi mencari rumput untuk pakan ternak sapinya,” ujar anaknya.
Lelaki asal Desa Banyuarang, Jombang ini setiap hari bisa pergi ke sawah atau mencari rumput buat ternak sapinya. Karena mobilitasnya yang tinggi ini, dalam setahun Pak Ali bisa ganti telapak kaki palsunya sampai dua kali.
“Malu kalau berdiam diri di rumah saja, apalagi bila harus mengharapkan anak untuk menanggung segala keperluan kita. Selama saya masih kuat, saya akan tetap bekerja meski dengan segala keterbatasan ini,” ujarnya.
Memakai kaki palsu itu tidak enak, begitu ucap Ali. Bagaimana pun yang paling enak itu memakai kaki yang asli buatan Gusti Allah SWT. Karena memakai kaki palsu, jika musim penghujan, dan sawahnya berlumpur, kaki palsunya sering terbenam di lumpur dan sulit dicabut hingga terkadang tertinggal saking lekatnya. “Saya punya dua kaki, satu untuk ke sawah, satu untuk di rumah,” katanya. (naskah dan foto: rudianto ganis)