Yunus, begitu lelaki asal Lumajang ini biasa disapa, mengalami kekurangan di sebelah kakinya sejak lahir. Ia lahir dari keluarga sederhana, bisa pula dibilang keluarga tidak mampu. Pada 2007, ia nekad pergi ke Bali, yang waktu itu ia masih berumur 17 tahun.
Pertama kali pergi ke Bali itu, Yunus belum pakai kaki palsu. Ia kerja serabutan di Bali. Di 2008, masih di Bali, seseorang yang kemudian diketahui bernama Gidion memperhatikannya dengan seksama saat sedang membeli rujak cingur. Kebetulan posisi warung rujak itu dekat dengan tempat kerja Yunus. Yunus pun sempat memperhatikannya. Kemudian lelaki itu mendekati Yunus untuk menyapanya.
Gidion bertanya pada Yunus apa mau jika dikasih kaki palsu. Yunus pun menjawab mau. Lelaki itu pun tersenyum puas dan menyanggupi akan datang lagi menemui Yunus. Selama sekitar 7 bulan, kabar yang akan diberikan lelaki itu tidak juga kunjung tiba, dan baru diawal 2009, lelaki itu datang lagi untuk mengajak Yunus mengikuti pembagian kaki palsu gratis dari Kick Andy Faundation.
“Selama 10 tahun kaki palsu buatan Komendan Sugeng dalam Program Kick Andy Faundation yang saya pakai ini masih bagus dan tidak ada kekurangan. Terimakasih buat Abah Sugeng, semoga Beliau sehat selalu,” ucap Yunus melalui pesan WA-nya.
Sabar menerima pemberian Tuhan atau nrimo ing pandum adalah kunci hidup yang dipegang Yunus sehingga dengan demikian ia bisa santai dalam menjalani hidupnya.
“Meski ada kekurangan di kaki, saya bisa berkeluarga dan mempunyai anak. Alhamdulillah menerima keadaanku dengan baik dan tidak menganggap kekuranganku adalah hal yang perlu disesali,” ucap lelaki yang mempunyai aktivitas sebagai buruh jahit di Lumajang tersebut. ##