Jika Hasil Amputasi Kurang Pas Dan Jelek, Baiknya Dipotong Lagi!



Sugeng Kaki Palsu tetaplah Sugeng Kaki Palsu. Ucapannya masih ceplas-ceplos dan bikin panas telinga orang yang baru mendengarnya. Namun, di balik itu, ia sesungguhnya punya tujuan agar mental orang yang menjadi sasarannya tertempa dan terasah.

“Saya kalau tidak boleh marah, malah saya yang sakit kepala. Biar tidak sakit kepala ya saya lampiaskan kemarahan saya,” ujarnya.

Ceritanya, Jumat, 18 Januari 2019, datang rombongan dari Bojonegoro yang mengantar seorang wanita bernama Sarmi, yang membutuhkan kaki palsu. Rombongan itu datang tanpa konfirmasi terlebih dulu, padahal Jumat biasanya waktu libur bagi Sugeng dan anak buahnya. Kalau tidak jauh-jauh datang dari Bojonegoro, Sugeng sudah menyuruh mereka pulang.

Sopir yang mengantar rombongan mengaku tidak tahu jika Jumat waktunya libur. Ia pun mengatakan jika di Mbah Google tidak disebutkan jika Mirtha Producktion, nama usaha kepunyaan Sugeng Kaki Palsu, libur pada Jumatnya. “Salahkan Mbah Google kalau begitu, kenapa tidak dikatakan bahwa Jumat waktunya libur!” pungkas Sugeng.

Sugeng pun menelepon Mbak Yetty, sekretaris dan manager yang biasanya mengurusi orang-orang yang membutuhkan kaki palsu. Beberapa anggota Mirtha Producktion pun dikontak untuk menangani TO asal Bojonegoro tersebut.

Sambil menunggu sersan, sebutan untuk salah seorang anak buah Sugeng yang biasa mengeksekusi kaki palsu, obrolan pun mulai cair. Si Ibu yang membutuhkan kaki palsu itu bernama Sarmi, sedang suaminya bernama Rohami.

Sarmi, wanita yang sehari-hari di rumahnya punya toko kecil-kecilan ini mengaku kakinya terpaksa diamputasi sebab menderita penyakit diabetes. Sarmi keluar masuk rumah sakit untuk operasi sampai 4 kali, mulai dari amputasi telapak kaki sampai menambal bagian-bagian kakinya.

“Rasanya capek dan melelahkan saat keluar masuk rumah sakit,” ucap Sarmi. Tanpa diminta, Sarmi kemudian membuka kaki palsu buatan Solo, Jawa Tengah, yang dibelinya beberapa tahun yang lalu.

Begitu mengetahui hasil penampakan amputasi kaki Sarmi tidak proporsional dan jelek karena banyak memar hitam, Sugeng langsung bersungut-sungut. “Ini kasus….tidak nyaman jika pakai kaki palsu! Kaki jelek begitu, dipotong lagi saja, Bu kakinya! Motongnya di bawah lutut atau sekalian di atas lutut!” ucap Sugeng tanpa pandang bulu.

Mendengar ucapan Sugeng, si Ibu merah padam mukanya. Si Ibu sambil terlihat bersedih lalu bercerita jika ia capek keluar masuk rumah sakit. Sugeng mulai terlihat menahan diri untuk tidak marah. Ia pun membiarkan saat salah seorang sersannya mengukur dan membuatkan kaki palsu untuk ibu itu.

Sugeng menjelaskan bahwa dokter yang mengamputasi biasanya menyarankan untuk amputasi yang pas demi kenyamanan jika pakai kaki palsu. Kalau amputasinya tidak proporsional, biasanya itu atas permintaan pasien sendiri yang merasa sayang kakinya dibuang.

“Saya tetap menyarankan ya, Bu, nanti barangkali ada rejeki lebih baik kakinya yang jelek itu dipotong lagi saja. Biar enak nanti kalau pakai kaki palsunya,” ucap Sugeng. Si Ibu tersenyum, mungkin ia sedang meresapi ucapan Komendan Sugeng Kaki Palsu. (naskah dan foto: rudianto ganis)

Post Comment